Selasa, 08 Maret 2016

BERBAGI UNTUK SEBUAH KEPEDULIAN

Untuk sebagian orang, pasti menyetujui pernyataan bahwa uang adalah sesuatu hal yang penting di dalam kehidupan. Meskipun berbagai taraf dan tingkatan, uang trekadang memang kerap menjadi sebuah “pembeda”, dari status seseorang, melaratkah atau konglomerat. Status uang yang begitu menjadi pembeda ini menjadi simbol dari kejayaan setiap insan. Maka tak heran jika orang barat mengibaratkan waktu dengan uang. Meskipun pepatah tesebut nampak sekali kapitalis yang sangat tidak cocok untuk budaya timur seperti kita ini.

Begitu juga didalam kehidupan bermasyarakat seperti yang kita jalani saat ini. Harta yang kerap menjadi simbol kedigdayaan kerap menjadi tembok pembatas kebersamaan, karena semua orang berebut dan berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Padahal sejatinya, ada hal yang jauh lebih berharga dan penting dibandingkan dengan sekedar untuk mengejar materi yang berlimpah. Oleh karena itu, ada sebuah pembelajaran yang menarik dari kisah di bawah ini. Sebab jangan sampailah kita menjadi seseorang yang tamak akan uang dan harta benda.

Pada suatu ketika, zaman kerajaan china tepatnya masa Dinasti Ming, ada seorang saudagar yang kaya raya. Ia merupakan pemilik salah satu restoran ternama di daerah Hong Liong tiongkok selatan. Restoran tersebut adalah salah satu restoran terbaik di masa tersebut. Selain rasanya yang khas, makanannya pun sangatlah lezat dan pelayanannya sangat prima membuat siapa saja yang datang untuk kembali.

Berjkat restoran itu juga, sang tersebut menjadi kaya raya. Meski usaha yang dimilikinya berkembang pesat ke segala lini bidang, namun restoran tersebut yang menjadi pusat dari seluruh usahanya yang dijaga. Karena itu, merupakan milik keturunan yang telah turun temurun diwariskan, saat usianya beranjak tua, ia ingin mewariskan usaha tersebut kepada orang yang terpilih. Nantinya ia akan dipercaya untuk menjalankan usaha tersebut.

Untuk mendapatkan orang yang pas maka di buatlah sebuah sayembara berupa hidangan untuk makan malam di restorannya. Di saat memulai beberapa orang lantas langsung melahap hidangan yang di hidangkannya dengan lahabnya. Sang saudagar pun berkeliling untuk memperhatikan satu persatu peserta jamuan makan tersebut. Pada saat ia berkeliling tampak saudagar bersedih. Ia melihat meja yang ke 19 tak ada satupun yang berhasil menyantak seluruh makanan yang dihidangkan dengan nikmat. Hingga pada akhirnya, tepat di meja yang ke-20, saudagar tersebut tersenyum. Pada meja tersebut, empat orang tampak sedang menikmati hidangan tersebut dengan satu dengan yang lainnya saling menyuapi. Memang, sumpit yang digunakan dalam acara tersebut tergolong panjang sehingga dapat membuat mereka menyuapi orang di sebrangnya, dan terjadi hal yang sebaliknya. Sementara peserta yang lain tak dapat menikmati hidangan dikarenakan berusaha untuk sendiri-sendiri menyantap makanan lezat tersebut.

Dari kisah di atas ada sebuah pelajaran yang dapat kita petik, bahwa untuk bisa meraih sesuatu kita sebaiknya memulainya dengan melayani sepenuh hati. Tidak boleh tamak ataupu serakan dan hanya mementingkan diri sendiri. Yang pada akhirnya hanya akan mendapatkan hasil kenikmatan yang sedikit. Seperti dikisahkan di atas pada akhirnya mereka yang melakukan kerjasama untuk makan menjadi calon pewaris usaha keluarga sang orang tua tersebut.

Sponsor Artikel
jasa pembuatan website

0 komentar:

Posting Komentar