Rabu, 09 Maret 2016

DI TENGAH KEPUTUSASAAN

Semua orang tentu pernah mengalami apa itu yang namanya putus asa. Jatuh terjerembab di lorong tergelap penuh dengan krikil tajam, tanpa ada satupun manusia yang mau mengulurkan tangan, ataupun sekedar memberikan sandaran di bahu ternyaman.

Jika anda menjadi manusia yang terdaftar dalam rentetan panjang seperti pembuka di atas, berarti anda manusia. Mereka yang belum pernah mengalaminya, belum dapat dikatakan sebagai manusia. Mengapa demikian?

Menilik fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh dengan kebutuhan akan interaksi, menjadi hal yang wajib jika terjadi gesekan antar sesama. Entah itu gesekan terhadap keluarga sendiri, rekan kerja, dosen di kampus, teman mahasiswa ataupun gesekan terhadap harapan yang tak tersampaikan. Gesekan tersebut pada akhirnya membawa kita pada sebuah potensi yang namanya keputus-asaan

Seorang dengan sejarah pantang menyerah terhadap takdir akan menuai konsekuensi kebahagiaan. Namun apabila dia memiliki sejarah kelam menyerah terhadap gesekan hidup, maka putus asa-lah yang menjadi sahabat karibnya.

Ada sebuah kisah, seorang anak yang bercita-cita ingin menjadi seorang doketer. Anak tersebut mungkin bukan anak dari keluarga mampu atau berlatar belakang seorang anak pejabat yang mampu melakukan deal-deal kotor sleksi perguruan tinggi negeri. Beberapa kali dia mencoba hingga 5 kali percobaan pun tak jua berhasil.

Hingga suatu saat keputus asaan mulai menghampirinya. Dalam kondisi putus asa tersebut, selama beberapa hari sang ibu tak tega melihat anak kesayangannya merana meratapi nasib hidup. Namun di waktu keputusasaan menghampiri, munculah sosok ibu yang selalu menguatkan sang anak tentang betapa hidup ini tak selalu indah dengan menggenggam apa yang kita inginkan. Mungkin hanya nasehat yang bisa diberikan oleh sang ibu, karena harta pun tak berkecukupan. Namun keikhlasan dan kasih sayang ibu sedikit demi sedikit mampu menumbuhkan kepercayaan diri tersebut bangkit. Dibarengi dengan nasehat ibu, sang anak pun mulai bersiap untuk mencoba untuk yang terakhir kali di jurusan yang sama. Namun yang menjadi pembeda kali ini telah mempersiapkan jurusan lain yang pada akhirnya nanti mengubah cara pandang apa arti kesuksesan. Disempurnakan dengan doa yang selalu terhujam di sepertiga malam, persiapan sleksi masuk perguruan tinggi pun dimatangkan.
Singkat cerita anak tersbut menemui kegagalan kembali masuk di jurusan kedokteran universitas negeri, namun dia berhasil masuk di jurusan cadangan yang telah lama menjadi passionnya dalam hidup. Melalui jurusan ini pun akhirnya dia mendapatkan kesempatan yang tak pernah didaptkannya sepanjang hidupnya yaitu terbang naik pesawat mengelilingi pulau jawa, dan kalimantan. Mendapatkan beasiswa bergengsi salah satu bank sentral, hingga menemukan hobi yang pada akhirnya sedikit demi sedikit menjadi penghasilan tambahan. Bahkan berkat hobi menulisnya ini pulalah nama dan fotonya kerap terpampang di media-media lokal bahkan nasional. Mulai dari majalah, koran, atau portal berita kerap diwarnai dengan gagasan dan analisis opininya.

Dari cerita tersebut dapat kita ambil sebuah hikmah bahwa, keputus asaan dalam hidup adalah hal lumrah yang akan di alami oleh semua orang. Namun yang menjadi pembeda adalah bagaimana cara kita untuk keluar dari keputusasaan itu untuk menjadi manusia baru dengan semangat dan karya baru dalam hidup.

Sponsor
jasa pembuatan aplikasi mobile

0 komentar:

Posting Komentar