Rabu, 09 Maret 2016

TERNYATA MASIH ADA KESOMBONGAN DALAM DIRI KITA


Ada pemandangan yang menarik sholat di sekitar lingkungan rumah saya. Sebenarnya hal tersebut bukanlah pemandangan satu atau dua kali yang sering terjadi. Ketika ikomat dikumandangkan bergegas lah para jama’ah sholat untuk merapatkan barisan, mengisi ruang kosong shaft terdepan. Mereka orang dewasa pun berlomba-lomba untuk mendapatkan shaft terdepan dalam sholat.

Terselip di antara shaft terdepat ada dua orang anak berusia sekolah dasar kelas 3 dan 5 SD yang ikut antusias dan khsyuk di saft depan. Di tengah kekhusyuan sholat anak tersebut, datanglah orang yang berusia paruh baya tiba-tiba menarik sang anak tersebut ke saft bagian belakang. Dan dengan tenangnya memulai untuk sholat.

Di waktu yang lain, giliran imam, yang mengusir secara halus, jamaah yang masih berusia anak-anak. Dengan bernada himbauan “anak anak sholat di belakang saja ya”, begitulah kira-kira anjuran dari imam. Akhirnya sepontanlah anak-anak mundur kebelakang.

Dari beberapa kasus di atas kita dapat melihat, bahwa ternyata masih banyak kesalahan yang kerap di lakukan oleh orang dewasa di sekitar kita, manakala hendak beribadah sholat jam’ah. Padahal efek yang diakibatkan dari itu adalah, mampu mengikis perasaan seorang anak untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Terlebih anjuran untuk sholat di shaf terdepan bagi seorang laki-laki, akan salah di mata anak-anak, akibat di biasakan untuk di “usir” oleh orang dewasa.

Memang niat untuk menghindarkan terganggunya jamaah atau imam yang sedang khusyu sholat akibat segelintir anak yang masih suka untuk bermain-main tidak lah salah. Namun akibat terlalu paranoidnya bebrapa “imam” dan jama’ah sholat yang berumur dewasa menjadi fatal bagi anak-anak.

Jangan heran jika ada seorang anak yang akan pindah secara tiba-tiba ketika sholat, karena di sejajari oleh orang dewasa yang lain. Hal ini terjadi akibat maindset seorang anak yang kadung tak nyaman karena memiliki traumatis masa lalu, dalam hal ini di usir ke shaf terbelakang. Seumuran anak ini seharusnya diajarkan untuk selalu berlomba-lomba dalam keutamaan sebagai seorang pria dalam ibadah sholat, yaitu sholat di shaf terdepan.

Menghindari anak untuk tak mengganggu jalannya sholat perlu di tinjau ulang, sebaiknya jangan asal dan arogan utnuk mengusir anak ke saf terbelakang. Jangan sampai membuat anak mempersepsika keburukan dan kesalahan untuk maju terdepan. Layaknya fenomena salah kaprah ini merupakan cerminan bangsa indonesia, betapa banyak pemuda yang brilian namun enggan untuk tampil kedepan memperjuangkan bangsa.

Terlebih untuk para orang dewasa, janganlah semena-mena untuk meremehkan seorang anak kecil yang sholat di saf terdepan. Belum tentu dengan mengusir anak yang tengah khusyuk sholat di depan, menjadikan anda diterima sholatnya. Karena mengusir anak ke belakang secara tak sadar ada perasaan ujub, dan berbangga diri yang kita lakukan, seolah-olah akulah yang paling pantas berdiri di shaf terdepan.

Kembalilah melihat shirah nabawiyah secara utuh bukan sepotong-potong pada bab, mendidik anak untuk sholat. Bukankan rasulullah pernah mengajarkannya melalui cucu yang dibawa sholat jamaah? Yuk mari introspeksi diri, jangan sampai ilmu yang kebanyakan dan berlebihan tak di amalkan dalam perkara pendidikan ini. Atau bahkan anda sudah tau namun pura-pura tak tau dikarenakan kesombongan yang kadung menghiasi diri?

Sponsor Artikel
jasa pembuatan website

0 komentar:

Posting Komentar